KOMPAS.com - Ridwan Kamil, seorang dosen arsitektur Institut Teknologi Bandung yang juga aktif dalam kegiatan sosial, adalah praktisi industri kreatif Indonesia yang telah mendunia. Proyek-proyek besar di berbagai negara telah dipegangnya, di antaranya Marina Bay Waterfront Master di Singapura, Sukhotai Urban Resort Master Plan di Bangkok, Ras Al Kaimah Waterfront Master di Qatar, juga District 1 Saigon South Residential Master Plan di Saigon, Shao Xing Waterfront Masterplan (China), Beijing CBD Master plan, dan Guangzhou Science City Master Plan.
Bagaimana pandangan seorang Ridwan Kamil atau yang akrab disapa Emil tentang Industri Kreatif dan perkembangannya di Indonesia? Pada Kamis (28/7/2011) lalu, KOMPAS.com berkesempatan melakukan wawanca dengan Master of Urban Design dari College of Environmental Design, University of California, Barkeley ini.
Menurut Mas Emil, orang yang kreatif itu seperti apa?
Menurut saya, orang kreatif adalah orang yang bisa mengembangkan ide-ide kreatif untuk memecahkan permasalahan yang ada di sekitarnya. Ide kreatif selalu bermula dari masalah. Orang kreatif adalah yang bisa memecahkan masalah-masalah tersebut dan menciptakan solusinya dengan cara yang berbeda.
Bagaimana mengembangkan idea kreatif agar bisa menjadi bisnis?
Bisnis kreatif itu terbagi menjadi dua, yakni yang berbasis produk dan menjual jasa (ide). Orang yang telah memiliki ide kreatif tinggal memilih mau menjual produk yang diproduksinya sendiri, atau menjual idenya untuk dikembangkan oleh orang lain. Dunia kreatif itu level kepuasan bisnisnya beda, kadang tidak semata diukur dengan seberapa banyak uang yang dihasilkan, tetapi bagaimana ide kreatif tersebut berguna bagi lingkungan sekitar.
Bagaimana pendapat Mas Emil tentang perkembangan Industri Kreatif di Indonesia?
Menurut saya, Indonesia punya banyak sekali sumber daya manusia dengan ide kreatifnya masing-masing. Hanya sangat disayangkan, hingga kini masih terbentur dengan masalah modal karena perbankan kita masih belum bisa memberikan pinjaman tanpa jaminan. Apa yang bisa dijaminkan dari orang kreatif? Ide? Impian? Industri kreatif masih kurang dipahami secara benar oleh pemerintah. Orang-orang kreatif di Indonesia lahir dari pergaulan, bukan dari pendidikan.
Sampai saat ini bahkan yang mendukung Industri Kreatif kita adalah Kementrian Perdagangan, padahal itu sudah berbentuk produk. Menurut saya, pendidikan di Indonesia, dalam hal ini Kementrian Pendidikan Nasional juga harus berperan dalam pengembangan industri kreatif dari sumber daya manusia sejak di bangku sekolah. Tapi saking kreatifnya, orang Indonesia bisa belajar dari mana saja (pergaulan sehari-hari, berita, sosial media), juga mendapat dana dari mana saja, salah satunya Angel Investor. Untuk Join Venture saya rasa di Indonesia belum begitu banyak, bahkan jarang. Industri Kreatif kita masih bergantung dengan Angel Investor.
Apakah Sumber Daya Manusia di Indonesia bisa bersaing di dunia global?
Sampai saat ini situasi bisnis kita belum mengglobal menurut saya, namun sudah dalam proses menuju kesana. Jadi dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, Indonesia akan mengalami perkembangan dari Industri Kreatif. Kekuatan Negara akan bergantung kepada kelas menengah yang menguasai pendidikan dan teknologi. Mereka tidak lagi bicara sulitnya mendapat dana dan dukungan pemerintah, tetapi sudah bisa menjalankan sendiri bisnis kreatifnya dengan cara-cara kreatif. Mereka bahkan bisa memilah Angel Investor mana yang tepat untuk mendukung bisnis mereka. Bukan hanya dari sisi bisnis dan keuntungan semata, namun Angel Investor akan digiring untuk mempunyai idealisme sosial.
Bagaimana agar Industri Kreatif di Indonesia bisa cepat berkembang?
Orang-orang dengan ide kreatif harus percaya diri untuk memaparkan idenya. Jangan malu untuk mempublikasikan ide, membaginya melalui sosial media. Hadir dalam berbagai seminar dan bangun jaringan sesudahnya. Saya merasakan sendiri, 25 persen pekerjaan yang sekarang saya pegang, saya dapatkan setelah menjadi pembicara seminar atau menghadiri event-event yang bisa memperluas jaringan. Jaringan yang luas bisa mempermudah mendapatkan kepercayaan orang untuk memberikan modal atau untuk tawaran kerja sama.
Seberapa besar pengaruh teknologi terhadap perkembangan industri kreatif?
Sangat besar menurut saya. Ide tidak akan menyebar tanpa bantuan teknologi. Contohnya saya, yang selalu membagikan ide di Twitter melalui Kultwit (kuliah Twitter). Saya juga menampilkan karya arsitektur saya melalui foto-foto di Facebook. Saya menulis di blog. Orang kemudian bisa mengenal saya dan ide-ide saya dari berbagai media sosial tersebut dan pekerjaan pun berdatangan dari situ. Teknologi bisa dimanfaatkan untuk mengglobalisasikan ide dan karya sehingga orang lain bisa lebih mengenal kita dan apa yang kita kerjakan.
Mungkinkah akan muncul perusahaan sekelas Microsoft, Google, atau Apple dari Indonesia?
Bisa, saya yakin Indonesia akan punya perusahaan sebesar itu. Sekarang yang harus dilakukan adalah membangun percaya diri terhadap ide yang sudah ada. Tetapkan mindset yang tidak shorten, artinya jangan melulu memiliki tujuan finansial. Industri Kreatif harus memiliki extra value bagi kehidupan. Hal ini yang dulu juga dilakukan Google dan Facebook.
Bagaimana pandangan Mas Emil tentang akuisisi perusahaan asing terhadap perusahaan start-up Indonesia?
Untuk beberapa kasus saya melihat masih terlalu cepat, saya tak mau menyebut siapa dan perusahaan apa. Artinya, jika masih bisa ditahan, mengapa tidak ditahan dulu? Kita memang butuh pengembangan usaha, tetapi menyerahkan perusahaan kepada perusahaan asing tentu butuh berbagai pertimbangan. Kalau keputusan diambil karena ingin membuat perusahaan kita lebih mengglobal, ya boleh-boleh saja. Akuisisi bisa membantu perusahaan kita lebih dikenal dunia internasional. Tapi kalau motivasinya uang, lebih baik ditahan dulu sampai menemukan angka yang betul-betui tepat untuk menghargai kerja keras dan kreativitas Anda.
Mas Emil sudah memegang berbagai megaproyek di beberapa negara. Bisa ceritakan prosesnya, atau bagi tips agar bisa seperti itu?
Percaya diri dengan ide kreatif kita, perluas jaringan, manfaatkan teknologi untuk menyebarluaskan ide-ide dan karya, juga bangun tim yang bisa memperkuat visi-misi kita. Tim harus lengkap, berisikan orang-orang yang menguasai teknologi, bisnis, pemasaran, agar bisa saling dukung.