 KOMPAS.com
KOMPAS.com - Perkembangan industri game kini tak  sekadar untuk hiburan bagi penggunanya. Berkembangnya sosial media  ternyata juga mempengaruhi perkembangan "social game" di mana  aplikasi-aplikasi game mulai masuk ke dalam sosial media. Kenyataan ini,  bisa jadi lahan subur untuk meraup keuntungan bagi para developer.
Sebelum  bicara tentang bisnis model, sebaiknya developer menganalisis behaviour  para gamer. "Gamer itu ada bermacam-macam. Ada Core Gamer, Status  Gamer, Actual Gamer, dan Social Gamer. Sebelum masuk ke dalam bisnis  game anda harus tahu dulu akan masuk ke pasar gamer yang mana, di antara  empat jenis gamer ini," ujar Marlin Sugama, Co-Founder of Main Studios,  salah satu pembicara dalam seminar Sparx Up dengan tema "The Rise of  Social Game" di IDS, Epicentrum, Jakarta, Kamis (23/6/2011).
Menurut  Marlin, Core gamer adalah pemain game yang menghabiskan seluruh  waktunya hanya untuk bermain game. Bahkan bisa tiga hari tiga malam  berada di depan layar komputer atau perangkat game miliknya. Sedangkan  Status Gamer adalah pemain game yang hanya senang mengumpulkan  gadget-gadget yang di dalamnya menyediakan aplikasi game. Status gamer  bahkan tidak pernah menamatkan setiap game yang dimainkannya karena yang  dicari hanya status sosial bahwa ia pencinta game dan memiliki semua  gadget dan peralatan game dari produk lama hingga produk terbaru.
Actual  gamer adalah pemain game yang hanya memainkan game di sela-sela  kesibukan melalui handphone, laptop, atau tablet miliknya. Sedangkan  social gamer adalah pemain game yang memainkan aplikasi game melalui  sosial media dengan tujuan memperluas jaringan pertemanan.
"Orang  yang bermain game di Facebook belum tentu masuk kategori social gamer.  Kalau dia tidak bertujuan memperluas pertemanan dan hanya memainkan  aplikasi secara terus-menerus, dia bisa masuk kategori core gamer,"  tambah Marlin.
Setelah mengetahui jenis-jenis gamer dan  perilakunya, developer game bisa mulai membangun game dengan fokus  kepada satu jenis gamer. Social gamer adalah salah satu pasar yang bagus  pada masa kini karena meningkatnya jumlah pengguna sosial media cukup  signifikan untuk menjadi target bisnis game.
Berdasarkan data dari Dean Takahashi yang dijelaskan Marlin, untuk membangun social media game, seorang developer membutuhkan budget minimal 100.000 - 300.000 dollar AS dengan developing time selama 4 hingga 12 minggu, dan developing team berjumlah minimal 10 orang. Setelah game dibangun dan dipublikasikan, hal penting yang harus selalu dilakukan adalah melakukan weekly feature update dan merespon balik setiap feedback dari pengguna.
"Weekly feature update harus rutin dilakukan, kalau tidak, gamer akan bosan. Namun, update  mingguan ini membutuhkan biaya yang besar, jadi Anda juga harus  memikirkan timbal balik uang dari gamer. Jangan bangga game anda  dimainkan ratusan ribu bahkan jutaan pengguna, tapi kalau tidak ada  uangnya, percuma Anda berbisnis game," ungkap Marlin.
Untuk mendapatkan penghasilan dari bisnis game ini, developer harus menentukan bisnis model yang dijalankannya.
Untuk  mendapatkan penghasilan dari bisnis game ini, developer harus  menentukan bisnis model yang dijalankannya. Bisnis model untuk video  game adalah dimulai dari developer ke publisher, hingga ke end user.  Sedangkan bisnis model untuk mobile game adalah dimulai dari developer  ke perusahaan porting, lalu ke publisher, baru sampai ke end user.
Perusahaan  porting adalah penyedia layanan porting untuk aplikasi game pada  perangkat mobile. "Game yang sudah jadi, harus di-porting agar bisa  support untuk banyak handset. Standar porting adalah 250 kali. Jadi satu  game saja harus di-porting selama 250 kali. Maka, untuk developer yang  ingin berbisnis di aplikasi mobile, harus menyediakan budget tambahan  untuk porting ini," jelas Marlin.
Setelah mengetahui bisnis model,  developer bisa menentukan cara pembayaran. Cara pembayaran untuk game  yang selama ini dilakukan diantaranya melalui subscribe, download, atau  F2P (free to play). Marlin menyarankan menggunakan F2P untuk  mengembangkan social game. F2P juga memiliki beragam pilihan, yakni item  mall, donations, exclusive sponsorship, dan Ingame/advergaming.
Sistem  pembayaran item mall adalah game yang dimainkan gratis di awal namun  untuk beberapa item tertentu, gamer harus membayar sejumlah uang. Jika  memilih untuk tetap main secara gratis, gamer hanya memiliki akses yang  terbatas pada beberapa item tertentu saja. Sedangkan sistem pembayaran  donations adalah memberikan kesempatan kepada gamer untuk mendonasikan  sejumlah uang tanpa diberi target tertentu. Gamer bisa mentransfer  sesuai kemampuannya.
Lalu sistem pembayaran exclusive sponsorship  adalah anda membangun game untuk digunakan marketing communications  sebuah perusahaan untuk menyampaikan pesan-pesan produk. Beberapa  perusahaan seperti produsen rokok dan minuman ion pernah melakukan hal  ini untuk mengedukasi konsumen tentang produk sekaligus mendekatkan  perusahaan dengan konsumen. Seluruh biaya produksi akan ditangung  perusahaan dan anda pun akan bisa memperoleh keuntungan.
Terakhir  adalah sistem pembayaran dengan ingame/advergaming adalah anda  memasukkan iklan sponsor di sisi kanan atau kiri game, atau bahkan  setelah game usai dimainkan. Iklan tersebut juga bisa berupa link ke  anak perusahaan anda sendiri atau link ke game lain yang juga anda  kembangkan. Sistem ini biasa disebut cross promotion. Sistem ini pernah  dilakukan oleh Zynga, yang membuat para gamer mengenal semua game yang  dikembangkan Zynga tanpa perlu promosi yang berlebihan.
• 
KOMPAS