
Kompetisi tersebut digelar untuk mendapatkan juara hasil rancang bangun muatan roket (payload) yang mampu kembali atau menuju sasaran yang telah ditentukan setelah terlepas dan terpisah dari roket peluncur seri RUM70-100-LPN. "Komurindo menyelenggarakan ajang bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu kedirgantaraan," ucap Dr Agfianto Eko Putra, Ketua Panitia Komurindo, di Bantul, kemarin.
Roket yang diikutkan dalam kompetisi adalah yang berbahan bakar propelan padat dan dapat mencapai ketinggian terbang hingga dua kilometer. Ada beberapa persyaratan muatan roket yang dilombakan, yaitu berbentuk silinder, berisi rangkaian elektronik, dan sistem akuator yang berfungsi sebagai perangkat telemetri untuk meteorologi dengan menggunakan tiga macam sensor. Alat itu akan mengukur temperatur, tekanan, dan kelembaban.
Roket itu juga harus memiliki pemandu arah terbang muatan menuju sasaran menggunakan kompas. Sistem kendali bersifat autonomous sekaligus dapat berkomunikasi dengan sistem kendali operator di darat. Ukuran roket harus berdiameter 100 mm, tinggi 200 milimeter, serta berat maksimal 1.000 gram.
Sebanyak 40 tim yang akan mengikuti kontes adalah tim yang lolos seleksi dari sekitar 500 tim. Seleksi dilakukan pada 15 Januari 2011. "Kompetisi ini diharapkan dapat menyiapkan bibit unggul yang berminat menggeluti teknologi kedirgantaraan, khususnya roket," kata Agfianto.
Menurut Gunawan Prabowo, Direktur Pengembangan Lembaga Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, roket mempunyai nilai strategis baik dalam keadaan damai maupun untuk keperluan pertahanan negara. "Misalnya roket digunakan sebagai peluncur satelit ke ruang orbit, roket sonda pemantau cuaca ataupun pelontar peluru kendali, maupun senjata roket balistik," kata dia.
Kolonel Supomo dari Akademi Angkatan Udara Yogyakarta menyatakan pihaknya berencana melakukan pengembangan dari prototipe roket dalam kompetisi itu. “Teknologi sudah ada, tinggal kami mengembangkannya. Jika masih gagal bisa didaur ulang dan dikembangkan,” kata dia.
Komurindo digelar atas kerjasama Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Universitas Gajah Mada, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Akademi Angkatan Udara, dan Pemerintah Kabupaten Bantul. Perguruan tinggi yang timnya lolos seleksi antara lain Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, Universitas Negeri Yogyakarta, Institut Pertanian Bogor, dan beberapa universitas negeri maupun swasta di seluruh Indonesia.[MUH SYAIFULLAH]